Jumat, 23 Desember 2011

Baca saja.....

Aku masih ingat bagaimana caranya peri-peri itu datang menghampirimu malam itu. Aku melihat wajah ketakutan yang kau pancarkan dari keluguanmu. Aku masih mengingatnya dengan jelas, bahkan aku masih membayangkan betapa rasa takut itu terpancar dari keluguanmu. Aku hanya mampu tertawa saat itu, aku hanya mampu menutupi bibirku. Aku takut kamu melihatku sedang menertawakanmu. Aku tahu kamu pasti akan marah dan menganggap aku telah meremehkanmu. Ah, tapi aku mau bagaimana itu benar-benar lucu menurutku. Untuk apa kamu harus merasa takut terhadap apa yang akan menolongmu? oh, atau kau tidak tahu bahwa peri-peri itu sengaja datang untuk membantumu. Mereka datang atas permintaanmu sendiri. Apakah kau lupa dengan do'a-do'a yang selalu kau hanturkan di malam hari sebelum kau tidur? Apakah kau lupa diantara ketidak sadaranmu sehabis menegak vodka kau memanggil para peri itu untuk membantu keluar dari kesulitan? Ah, kau pasti telah lupa. Aku yakin itu. Semua orang biasanya juga lupa akan permintaan-permintaan mereka yang hadir begitu saja dari mulut mereka di kala mereka merasa begitu takut, sedih dan khawatir. Mereka memohon kepada yang mereka anggap memiliki kekuasaan melebihi mereka. Sesuatu. Aku tak mampu menyebutnya sesuatu itu apa.Terlalu sulit rasanya. Lagipula kau pun mengucapkan namanya seperti tersendat-sendat waktu itu, aku jadi tidak bisa dengan baik mendengar siapa yang kau sebut dan siapa yang kau minta untuk membantumu. Ah, tapi aku jadi terlihat bodoh nampaknya, peri-peri itu kan hadir memang ingin membantumu. Yah, kusimpulkan saja, peri-peri itu lah yang kau sebut kala itu.

Aku semakin memalingkan wajahku ketika ku melihat wajahmu menjadi memerah, kamu malu atau marah? Aku tak tahu, yang jelas aku semakin tidak mampu menahan rasa ingin ketawaku. Kali ini benar-benar membuatku ingin tertawa terpingkal-pingkal. Tapi aku harus tetap menyaksikan peristiwa ini, jarang sekali peristiwa ini akan terjadi. Ah iya, aku mau melanjutkan pendapatku. Kalian para manusia selalu merasa bahwa ada sesuatu di atas kalian, bahwa ada yang menjadi dalang di dalam kehidupan kalian. Kalian mencari-cari dengan menganggap bahwa alam sekitar kalian adalah sesuatu yang memiliki kekuatan besar di atas kalian, bahwa matahari, bulan, tumbuhan, hewan hingga yang tidak mampu kalian lihat kalian anggap adalah sesuatu yang begitu besar bagi kalian. Sesuatu yang kalian anggap mampu membantu kalian. Kalian menciptakan kisah-kisah kepahlawanan dari tokoh-tokoh yang entah bagaimana bisa hadir di dalam kehidupan kalian dan kalian wariskan kepada anak-cucu kalian hingga sekarang ini. Kalian adalah mahkluk yang paling tidak mampu dimengerti. Kalian begitu kompleks. Selama berabad-abad kalian menciptakan peradaban dan kalian pulalah yang menghancurkannya. Demi keutamaan, demi keistimewaan, demi apa lagi? Oh iya, demi kesucian yang kalian agung-agungkan terkadang kalian juga membinasakan diantara sesama kalian. Kalian menganggap itu adalah tindakan suci demi mencapai keutamaan dari sesuatu yang kalian ciptakan di dalam pemikiran kalian!

Hah, aku seakan-akan sok tahu. Aku ini apa, aku pun tak tahu. Kalian akan meyebutku juga manusia itu pasti, yah dari apa yang kutuliskan pun ini menunjukkan bahwa aku adalah manusia. Yah, aku sama sajalah dengan kalian. Terpuruk dalam dialektika yang kubangun sendiri. Yah, memang bodoh. Tapi setidaknya aku mau menuliskan keburukanku,  setidaknya aku tahu apa salahku sebagai sesuatu yang mau diciptakan dan disebut sebagai manusia. Ah sudahlah, peri-peri itu lagipula telah pergi meninggalkanmu. Kamu nya saja yang terlalu serius membaca tulisanku, hingga peri-peri itu sudah menjauh darimu. Yah, kamu jangan meyesal, berdo'a saja lagilah seperti yang kamu lakukan sebelum-sebelimnya. Nanti peri-peri itu juga akan kembali padamu. Yah, mungkin saja, jika mereka tidak sibuk mengurusi manusia yang lain yang juga meminta pertolongan mereka.

Tidak ada komentar: