Sabtu, 23 April 2011

Saya memahami Kartini

Setiap 21 April, bukan merupakan tanggal yang asing lagi bagi para Ibu-ibu yang  memiliki anak perempuan yang masih duduk di bangku SD. Ibu-ibu sibuk dengan mencari kebaya serta pernak-pernik untuk melengkapi keanggunan kebaya yang akan digunakan anak perempuannya ke sekolah pada tanggal 21 April. Yah,,, 21 April adalah momen dimana segenap warga Indonesia mengenang hari lahir Kartini, seorang perempuan yang berasal dari kaum kelas menengah  atas yang memperjuangkan emansipasi perempuan pada masanya. Kartini begitu digaung-gaungkan namanya hingga Kartini memiliki hari perayaan khusus tersendiri untuk mengenang jasa-jasanya yang dianggap telah mendobrak kegelapan kehidupan perempuan Indonesia. Bagi saya, Kartini adalah perempuan yang sama dengan saya dan perempuan yang lainnya lagi. Bagi saya Kartini adalah satu dari bukti sejarah yang tercatat yang memperjuangkan emansipasi perempuan. Saya yakin, masih ada perempuan-perempuan Indonesia lain yang seperti Kartini yang juga memperjuangkan emansipasi sebelum masa Kartini atau mungkin tidak jauh setelah masa Kartini. Saya jadi bertanya-tanya jika mereka benar-benar ada mengapa Kartini yang begitu tenar? Jangan-jangan ada yang bermain denga perayaan Kartini. Jangan-jangan ada kepentingan dengan diciptakannya lagu Kartini. Jangan-jangan yah jangan-jangan. Ah,,,,, lagi-lagi saya berprasangka.

Butuh pembuktian ilmiah, butuh data-data. Tapi agak mengeherankan saja jika hari Kartini mewajibkan para siswi mengenakan kebaya. Toh, bisa saja kan ada beberapa dari siswi tersebut yang kebudayaan aslinya bukanlah kebaya. Lalu bagaimana dengan mereka? apakah mereka juga mesti menggunakan kebaya? Bukan maslah sih jika mereka mengenakan kebaya. Tapi, agak ironis jika misalnya baju adat wilayah mereka sendiri tidak mereka kenakan atau mungkin bahkan mereka tidak mengenalinya. Ah,,,, ini butuh pembuktian ilmiah, lagi juga ini igauan saya saja... :D

Tapi yang terpenting saat ini menurut saya mengenai hari Kartini adalah bagaimana mendewasakan pikiran kita dalam memahami Kartini dalam kehidupan sehari-hari kita, kamu, saya dan seluruh perempuan. Tidak usah berfiikir tentang kemasan (baca: kebaya) yang digunakan, tapi berfikir bagaimana kita-para perempuan- mampu membuat perubahan untuk diri kita, orang lain dan negara ini. Perubahan disini diawali dengan perbaikan pola pikir kita yang akan mempengaruhi intelektualitasan kita dalam memahami kehidupan.

Tidak ada komentar: