Kamis, 09 Agustus 2012

Sebuah kenangan akan masa depan

Sehari penuh aku terlena dalam kepadatan jadwal, sehari penuh aku lupa bagaimana menikmati rasa akan sebuah rasa. Ah, bukan, bukan hanya pada hari ini tapi pada hari-hari sebelumnya aku telah terlena dalam kekakuan dunia. Tekanan demi tekanan datang silih berganti mengisi hari, mengisi lembar-lembar jadwal kegiatan namun mengosongkan rasa. 

Entah lidah pun mungkin tidak mampu mencecap rasa kekosongan yang terasa, hanya aku begitu merasakan kekosongan ini ketika lagu-lagu pelan mengalun atau tanpa sengaja lagu-lagu favoritku semasa kuliah terputar di radio atau di playlist. Hening, yah pada saat itu terasa hening namun setelahnya aku kembali lupa. Tertutupi oleh kekakuan hidup. 

Seperti malam ini, setelah berkutat begitu lama berjibaku dengan tugas-tugas kerjaan yang terpaksa harus aku bawa pulang dari kantor, aku terdiam hening, belum terasa kantuk ini namun entah apa yang harus aku lakukan. Lalu aku iseng membuka-buka dokumen-dokumen di masa-masa kuliah. Yah tertancap satu hal, entah tak mudah aku menggambarkannya dengan deskripsi kata-kata. Hanya saja, yah aku merasakannya. 

Aku bukanlah seorang penyair dari abad romantisisme, lagipula aku lebih suka terselam dalam rasionalisme. Namun, sungguh terasa sebuah nostalgia yang begitu dahsyat mengoyak-ngoyak pertahanan kekakuan hidup yang telah hampir selama lima tahun aku bangun. Hening. Mungkin ini adalah kembalinya aku ke dalam kontemplasi seperti dahulu. Ah, aku semakin nampak seperti penganut romantisisme namun apalah arti label. Biarlah, biar malam ini lagu-lagu kenangan kembali mengalun mengisi kekosongan yang entah tidak memiliki rasa ini.


Tidak ada komentar: