Rabu, 14 Maret 2012

Luang

Akhir-akhir ini hujan selalu turun dengan derasnya di sore hari. Yah, agak menyebalkan, sore itu adalah waktunya pulang kerja, waktunya melepas diri dari rutinitas yang membosankan, dunia kerja. Tapi ketika hujan datang, niat untuk pulang pun menjadi urung. Enggan rasanya terjebak di antara kemacetan, suara klakson yang berdering-dering di setiap lampu merah, amukan kopaja yang marah dengan gayanya menyalip di tengah-tengah kemacetan atau kesewenangan pengendara motor yang tiba-tiba saja sudah berada di depan mobil dengan keangkuhan jiwa mereka yang mampu menyelinap di antara kemacetan. Aku biasanya hanya termangu di belakang kemudi sambil mendengarkan siaran radio di sore hari. Mendengarkan kicauan penyiar radio yang seakan begitu riang, senang dan bahagia mengabarkan bahwa di ruas sini sedang mengalami kemacetan, bahwa di jalan situ kendaraan berjalan merayap. Ah, kesal rasanya, tapi mereka juga sedang bekerja. Yah, makanya aku tetap saja mendengarkan kicauan penyar radio tersebut yang sesekali diselingi lagu-lagu yang tersohor.

Dan sore ini hujan kembali turun, mengguyur kota Jakarta yang berdebu. Mengubah debu menjadi butiran-butiran tanah yang menggumpal atau bahkan terkadang menjadi lumpur-lumpur di pinggir jalan. Semacam jebakan betmen jika tiba-tiba sebuah kendaraan melewatinya dengan kecepatan cepat dan kita sedang berdiri tidak jauh dari lumpur tersebut. Byuurr! Yah, Aku juga pernah mengalami hal tersebut. Sudah lazim sepertinya orang mengalami hal tersebut, maka aku cuek-cuek saja. Ah, lamunanku lagi-lagi memanjang. Sore ini kuputuskan untuk tidak pulang cepat. Aku memilih untuk tetap duduk berada di depan komputer, mengerjakan hal-hal yang harus kukerjakan esok hari. Yah, mungkin besok aku akan bisa berangkat lebih siang atau pulang dengan cepat. Khayalan memang, karena pekerjaanku selalu menumpuk. Sepertinya tak kunjung habis si bos memberikan pekerjaan. Aku terkadang sampai lupa hari apa ini, ah, hari ini kan hari Rabu. Lupa kan aku....

Aku butuh liburan, aku suka berlibur sendiri. Berjalan saja seorang diri, terkadang untuk hiburan yang murah aku pernah mencoba berjalan dari kantor ke rumah. hahahaha, agak bodoh memang. Tapi Aku menikmatinya. Aku melihat setiap warna yang kulihat sepanjang jalan. Berwarna-warni indah, sungguh indah. Tetapi jatuhnya aku jadi banyak melamun, aku jadi banyak terbengong-bengong di tengah jalan. Pernah satu kali ada orang yang menawariku untuk menumpang di kendaraannya. Aku langsung menolaknya. Mungkin orang tersebut berfikir aku ini seperti orang aneh, berpakaian bergitu rapih, kemeja yang dibalut blazer dan celana hitam bahan yang kukenakan, mungkin ia berfikir mana mungkin orang seperti aku berjalan-jalan sambil melamun di tengah kota, di tengah jalan! Ah, mungkin ia tidak pernah menjalani safari yang sering aku lakukan ini.

Oh iya, bukan hanya safari seperti ini yang sering aku lakukan, tapi aku juga suka berjalan jauh atau berwisata jauh seorang diri. Yah, banyak yang bertanya kenapa kamu tidak mencoba mengajak temanmu atau mungkin pacarmu. Aku selalu tertawa terkekeh-kekeh jika pilihan terakhir yang ditanyakan, yah, aku belum punya pacar dan tidak berencana untuk punya akhir-akhir ini. Aku senang mengamati saja, malas aku untuk mendekat. Ini rasanya lebih baik sabagai aku yang individual, sebagai aku yang menghargai diriku dan hidupku lebih berharga dari apapun. Yah, simplenya orang mugkin akan beranggapan bahwa aku mungin takut sakit hati. Yah, sudahlah, biarkan saja, sakit hati itu adalah bentukan masyarakat. Peduli amat aku dengan sakit hati.

Ah, sudah semakin malam, bukan-bukan, bukan pekerjaan yang aku selesaikan, tapi malah aku menulis ceria di blogku ini. Sudah-sudah, ah sudahlah... Mari pulang.

Tidak ada komentar: