Sabtu, 26 Maret 2011

Rumah Saya (Bagian 1)



Saya memiliki sebuah rumah. Rumah saya begitu besar dan banyak memiliki ruang kosong. Setiap hari saya selalu membersihkannya. Saya sangat menjaga kebersihan dan kenyamanan rumah saya. Bahkan untuk menjaga keamanan rumah saya, saya meletakkan banyak bodyguard di depan rumah saya. Bukan hanya di depan rumah saya, tetapi saya juga meletakkannya di belakang dan di samping rumah. Setiap saat bodyguard saya bagaikan mata yang begitu tajam yang selalu mengawasi siapa saja yang lewat di depan rumah saya. Mereka selama ini bekerja begitu baik. Saya begitu senang mereka selalu menjaga rumah saya siang dan malam. Tetapi, tak pernah sedikitpun saya mengijinkan mereka masuk ke rumah saya. Hanya saya yang boleh berada di rumah saya. Hanya saya yang bisa membersihkan rumah saya. Bahkan jika ada yang rusak di rumah saya tak sekalipun saya berniat untuk mengundang seorang tukang untuk memperbaikinya. Saya selalu mengandalkan diri saya untuk memperbaiki rumah saya. Rumah ini sudah begitu lama saya tinggali. Saya lebih suka berada di rumah ketimbang bermain-main di luar. Ketika berada di rumah, saya merasakan rasa aman yang begitu luar biasa aman dengan penjagaan dari bodyguard-bodyguard saya. 

Rumah saya, saya bangun dengan kedua tangan saya sendiri. Melalui jerih payah dan asam manisnya kehidupan akhirnya saya memiliki rumah yang nyaman ini. Pondasi-pondasinya saya bangun dari air mata. Dinding-dindingnya saya lapisi dengan keringat kehidupan. Atapnya saya buat dari kebahagiaan. Setiap ruangan di rumah saya memiliki kisah tersendiri dari kehidupan saya. Rumah ini adalah istana saya yang megah. Setiap bodyguard yang saya letakkan di luar rumah saya adalah hasil dari keberanian yang saya tanam setiap saat untuk menghadapi kerasnya kehidupan. Rumah ini adalah sebuah sejarah bagi diri saya sendiri. Mungkin sebuah sejarah yang tidak akan dicatat oleh sejarawan dengan tinta emas. Tetapi, apalah arti sebuah pencatatan oleh sejarawan? Toh, pada kenyataannya sejarah-sejarah yang dituliskan oleh para sejarawan adalah hasil kebohongan yang ingin diciptakan oleh para penguasa. Maka, saya tidak perduli apakah rumah ini akan dikenang atau tidak. Hal yang paling utama adalah saya bahagia berada di rumah ini. 

Rumah saya boleh dikatakan terletak di sebuah jalan yang ramai. Setiap hari bahkan setiap saat banyak orang yang berlalu lalang melewati rumah saya. Sesekali dari mereka terlihat tidak perduli dengan keberadaan rumah saya. Namun, kadang-kadang ada juga yang sekedar melongok-longok ke rumah saya, lalu pergi begitu saja. Beberapa yang berlalu-lalang mungkin ada yang pernah mengenal saya di suatu tempat atau di suatu peristiwa. Beberapa dari mereka terkadang berdiri lama di depan rumah saya, mungkin mereka bermaksud untuk menyapa saya atau mungkin sekedar untuk bertanya benarkah ini rumah saya? Namun, tatapan bodyguard saya yang tajam beberapa dari mereka pergi sebelum tahu apakah ini rumah saya atau bukan. Beberapa dari mereka pun juga bisa melewati tatapan bodyguard saya yang  tajam. Mungkin dengan keramahan yang mereka miliki menyebabkan bodyguard saya mengijinkan mereka untuk bertanya-tanya tentang rumah saya. Hingga akhirnya beberapa dari mereka bisa masuk ke dalam rumah saya. Namun, beberapa saya usir secara tidak terhormat dan beberapa lagi tidak ingin berkunjung ke rumah saya. Entah mengapa, mungkin karena mereka tidak terbiasa dengan keadaan rumah saya. Entahlah saya tidak mengerti.

Suatu hari, saya menghampiri bodyguard saya yang tampak kebingungan. Saya bertanya kepadanya apa yang menyebabkannya menjadi kebigungan. Ia menjawab bahwa tadi sebelum saya datang menghampiri bodyguard saya, seseorang datang kepada bodyguard saya dan mengatakan bahwa dia ingin menumpang istirahat di dalam rumah saya. Bodyguard saya bertanya: “Apakah anda mengenal siapa pemilik rumah ini?” Orang tersebut menjawab: “Saya mengenalnya tetapi saya mengenalnya hanya sepintas lalu saja.” Kemudian orang tersebut melanjutkan: “Saya mengenalnya di suatu tempat, mungkin pemilik rumah ini akan mengingatnya jika saya diijinkan masuk dan bertemu dengannya. Bodyguard saya bingung dan berkata: “Lebih baik anda datang esok hari lagi, karena saya harus bertanya dahulu kepada pemilik rumah ini.” 

Setelah mendengar cerita bodyguard saya, saya tampak bingung. Kira-kira siapakah orang tersebut? Mungkin dia memang kenalan saya di suatu tempat. Akan tetapi, anehnya saya tidak pernah memberi tahu kepada siapapun dimana rumah saya berada dan saya selalu menunjukkan kepada siapapun yang mengenal saya bahwa lebih baik tidak usah berkunjung ke rumah saya, karena saya tidak suka untuk diganggu ketika berada di rumah saya. Saya justru penasaran dengan orang ini dan bertanya-tanya bagaimana bisa orang ini bisa sampai ke rumah saya dan bahkan orang ini pun meminta ijin untuk beristirahat di rumah saya. Akhirnya saya menitipkan pesan kepada bodyguard saya jika orang tersebut datang lagi ijinkan ia untuk masuk.



 *****bersambung*****

Tidak ada komentar: