Terkadang aku ingin menulis, menulis seperti kamu. Terkadang aku ingin berdiskusi, berdiskusi seperti kamu. Tapi aku tahu, rasa engganku begitu besar dan menghantui diriku. Justru yang tersisa sekarang di diriku adalah rasa kagumku yang begitu besar kepadamu. Ah,, aku tak mau mendefinisikan kekaguman ini, aku tak mau terjebak dalam sebuah definisi yang akan membuatku terjebak dalam situasi yang tidak aku inginkan. Aku hanya ingin tetap seperti ini yang menggumimu melalui tulisan-tulisanmu dan memandangmu ketika kamu berbicara dan memuntahkan logikamu yang begitu luar biasa. Aku tetap ingin seperti ini ketika kamu tidak mengenalku tapi aku begitu mengenalmu, ini sungguh suatu keadaan yang luar biasa berbeda. Apalagi ketika aku berpapasan denganmu, kamu hanya tersenyum dan aku hanya mengerlingkan mataku, seolah-olah kita adalah kawan lama yang sering berpapasan di jalan namun bingung harus menyapa bagaimana ketika bertemu di jalan. Padahal aku tahu, kamu tidak mengenalku, aku jamin kamu sama sekali tidak mengenalku. Ah, senyummu itu sebenarnya pada awalnya membuatku merasa geer, tapi aku tersadar kalau kamu itu murah senyum. Kamu suka tersenyum kepada siapapun, yah, rasa geer itu menjadi pupus tapi malah menimbulkan rasa yang lain. Aku jadi mengenalmu bahwa kamu adalah orang yang baik, orang yang tahu bagaimana menjadi ramah. Tidak seperti aku yang hanya terdiam dan tidak memberikan ekspresi apapun ketika bertemu seseorang di tengah jalan, bahakan ketika ada orang yang bertanya kepadaku, aku menjawab ala kadarnya saja. Ah, aku jadi semakin mengagumimu. Melalui kata yang kau tuliskan, melalui logika yang kau lontarkan, tiada kata yang mampu aku ucapkan selain aku mengagumimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar