aku ingin menjadi tuhan bagi tulisanku, tanpa tersadar bahwa aku adalah bagian dari cerita...
Senin, 19 September 2011
Sore hari menjelang malam
Hujan kembali turun, setelah lama kurindukan basahannya menyirami negeriku yang kering. Kering dari anugerah ilahi yang seyogyanya menyirami negeriku yang kering ini sejak kemerdekaan digelontorkan oleh para pejuang Indonesia. Ah,, lagi-lagi aku terlalu serius menanggapi turunnya hujan di sore ini, lagi-lagi aku terlalu begitu terobsesi akan kedamaian dan ketentraman untuk negeriku ini. Aku tahu entah sampai kapan aku akan hidup seperti ini, menyendiri dan terkadang mengutuki pemerintah negeriku ini. Aku memang lebih suka menyendiri sebenarnya karena aku tidak akan bersentuhan dengan dunia lain yang akan mengusik batinku. Seperti sekarang aku menyelimuti diriku dengan selimut kesendirianku sembari memandangi hujan yang sudah lama tidak kulihat. Bukan, bukan karena aku introvert atau apapun istilahnya, aku hanya suka seperti ini tanpa ada yang disakiti dan tersakiti. Aku lebih baik terus berjalan melewati jalan ini dan melupakan negeriku yang sangat kucintai dahulu kala. Ah, tapi siapalah aku berani berkata demikian? Aku ini hanyalah seorang rakyat yang seyogyanya bersyukur karena Tuhan melalui tanggannya telah memerdekakan negeri ini dari para penjajah. Harusnya aku mengabdi di negeriku dan memberikan apa yang bisa aku berikan bagi negeriku. Bukan malah meninggalkannya seperti ini. Seperti sore ini, aku malah terus melangkahkan kakiku menuju bandara. Aku terus melangkah seakan tidka perduli bahwa hujan telah turun kembali memberikan penyucian kepada negeriku yang kering tapi hatiku telah membatu sepertinya, aku terus melangkah dan terus melangkah dengan selimut kesedirianku. Sepertinya aku sudah tidak perduli dengan negeriku walau sebenarnya aku tetap ingin dikubur di tanah negeriku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar